
Sayyidi Naquib sering memberikan kiasan yang sangat efektif dalam menggambarkan hakikat dunia ini dengan seseorang yang sedang mengemudikan mobil di malam hari. Beliau menulis:
″ Anggaplah kita sedang mengendarai mobil pada suatu malam yang kelam dan berpetir menuju suatu tempat yang pernah kita dengar, tetapi tidak pernah kita kunjungi. Kemudian, kita sampai pada persimpangan jalan, di depanya terdapat sejumlah jalan yang menuju daerah yang berbeda-beda. Di tengah-tengah persimpangan itu terpancang rambu jalan yang berbentuk jari dengan panjang yang berbeda-beda menunjuk kearah tempat yang berlainan. Rambu jalan dan penunjuk arahnya di cat dengan warna putih, sedangkan nama-nama tempat dan jaraknya di cat dengan tinta hitam tebal. Begitu mobil kita mendekat dan lampu depanya menerangi rambu jalan dan penunjuk arahnya, kita dengan mudah mengetahui bahwa pada salah satu penunjuk arah itu terdapat nama tempat yang akan kita tuju. Jika ingin meneruskan perjalanan, kita langsung banting setir dan berjalan menuju arah yang ditunjukan oleh penunjuk arah ini. Hal ini kita lakukan semata-mata karena tanda jalanya jelas. Namun, sekarang anggaplah kalau rambu jalan itu dibuat dari marmer yang berukir, penunjuk arahnya di pahat seindah mungkin, dan nama-nama serta jarak perjalanan yang ditenpuh dibuat dari bahan emas murni yang ditaburi permata bisakah kita berbalik arah dari rambu jalan menuju tempat yang ditunjukan? Dalam hal ini, yang pasti akan terjadi adalah kita akan menghentikan mobil bahkan keluar dari mobil, menempuh hujan dengan membawa senter supaya bisa melihat dengan jelas tanda-tanda yang berkilauan itu, kita bahkan mungkin akan tidur di dalam mobil menunggu siang agar bisa melihat rambu jalan dengan lebih pasti. Ini semua disebabkan rambu jalan penunjuk arahnya tidak jelas, meragukan, dan lebih menunjukan dirinya dari pada arah jalan yang menjadi tujuan didirikanya papan tanda itu″⒛
Dari analogi sayyidi Naquib di atas, kita dapat mengerti bagaimana dunia ini bekerja. Semua penciptaan memiliki makna dan tujuan tersendiri, yang hanya dapat di mengerti dengan ilmu. Jika dunia ini bagaikan papan tanda petunjuk dengan warna dan bentuk sederhana, maka akan sangat mudah bagi kita untuk mengerti rahasia dan maksud dari penciptaanya. Namun, karena dinamika dunia yang begitu kompleks, unsur warna-warni yang sangat cantik, materi dan substansi yang berbeda-beda—semua itu mempersulit manusia untuk melihat hakikat yang Sesungguhnya, seperti halnya papan yang dibuat dari marmer, emas dan permata. Seperti itulah dunia. Mereka yang lalai hanya akan di sibukan denganbentuk fisik dunia yang menggiurkan tanpa mendalami makna dan hakikatnya yang asli. Namun bagi mereka yang menghadapi dunia dengan baik, pendekatan yang teratur dan pandangan hidup yang bersandar pada Qur'an dan sunnah, mereka akan menemukan makna setiap ciptaan. Pendekatan inilah yang biasa disebut dengan
TAFAKUR.
By ISMAIL FAJRIE ALATAS
1 komentar:
Tuhan menciptakan dunia dengan satu tujuan yang harus dicapai manusia. Untuk itu Tuhan telah membuat petunjuk arahnya. Tergantung manusia itu sendiri mau mengikuti peta ataukah membuat peta sendiri.
Post a Comment